Condong, Probolinggo — Sebuah langkah nyata dilakukan Rabithah Ma’ahid Islamiyah (RMI) Kota Kraksaan dalam membentengi santri dan masyarakat dari bahaya informasi menyesatkan. Bertempat di Kampoeng Kita, Desa Condong, Kecamatan Gading, RMI menggelar seminar bertema “Bijak Bermedia Sosial: Menangkal Hoaks dan Menumbuhkan Toleransi” pada Senin, 16 Juni 2025.
Acara ini dihadiri langsung oleh Ketua PC RMI Kraksaan, Habiburrohman, dan mendapat dukungan penuh dari KH. Mochammad Mahrus, anggota DPRD Provinsi Jawa Timur sekaligus Direktur Aswaja Center. Dalam sambutannya, Kyai Mahrus menegaskan pentingnya santri dibekali wawasan literasi digital yang kuat.
“Kalau dulu kita jaga agama lewat kitab dan pengajian, hari ini kita harus jaga agama juga lewat internet dan media sosial. Karena fitnah dan adu domba sekarang masuk lewat HP,” ujar Kyai Mahrus di hadapan peserta seminar.
Dua narasumber dihadirkan dalam kegiatan tersebut. Dr. Ahmad Fawaid, M.Th.I., seorang peneliti moderasi agama dari Akurat Research Center, menyampaikan materi tentang bagaimana media sosial kerap dimanfaatkan kelompok radikal untuk menyebar kebencian. Ia menyebut, “Radikalisme hari ini lebih berbahaya karena tidak lagi meledak lewat bom, tapi lewat narasi dan unggahan.”
Sementara Wahab Sya’roni, M.Kom, dosen dan pakar informatika dari UNUJA, membahas dari sisi hukum dan dampak sosial media. Ia memaparkan ciri-ciri ujaran kebencian dan cara melaporkan hoaks yang tersebar di internet. “Ujaran kebencian bukan hanya melanggar etika, tapi juga bisa dikenai pidana sesuai UU ITE,” jelasnya.
Ketua RMI Kraksaan, Habiburrohman, berharap kegiatan semacam ini bisa digelar rutin di pondok-pondok pesantren dan sekolah-sekolah. “Kita ingin santri tidak hanya kuat dalam ilmu agama, tapi juga cakap dalam menghadapi tantangan digital masa kini,” ujarnya.
Seminar ini ditutup dengan pembacaan komitmen bersama untuk menjadi pengguna media sosial yang cerdas, damai, dan berkontribusi dalam menjaga keharmonisan di tengah masyarakat.
Editor : Pricillia Mambo SH